Publikasi

Puisi yang Indah Tidak Lahir dari Buku Panduan

Oleh: Tania Rahayu, Mahasiswa Komunikasi Penyiaran Islam UIN Prof. K.H. Saifuddin Zuhri Purwokerto   Kata yang Tidak Bisa Diajar Seperti Rumus Banyak orang berpikir bahwa menulis puisi adalah soal teknik: bagaimana menyusun rima, memilih majas, atau merangkai metafora saja. Padahal, puisi yang hanya lahir dari teknik bisa jadi justru akan kehilangan jiwa. Kata-kata memang bisa …

Puisi yang Indah Tidak Lahir dari Buku Panduan Read More »

MERAWAT MAWAR: Perjalanan Mencintai Negeri dengan Cara Sederhana

Bulan Agustus selalu membawa aroma yang berbeda di udara. Ada semacam getar yang menyelinap di antara terik siang dan semilir angin sore. Di desa maupun kota, suasana perayaan kemerdekaan menyeruak dari setiap sudut: bendera merah putih berkibar anggun di depan rumah, gapura dihias meriah dengan pita dan cat warna-warni, anak-anak berlarian sambil tertawa, dan di …

MERAWAT MAWAR: Perjalanan Mencintai Negeri dengan Cara Sederhana Read More »

Geliat dan Gejolak Sastra di Banyumas

(Bayu Suta Wardianto, Kordinator Divisi Sastra Lembaga Kajian Nusantara Raya) Banyumas merupakan daerah dari lereng selatan penyangga kokohnya gunung Slamet. Di desa-desanya yang teduh dan selalu diberikan suara nyanyian kicau burung, tumbuh beragam budaya dan tradisi, baik berbentuk gerakan, lisan, ataupun tradisi berupa menulis atau tulisan. Di tanah ngapak yang kental dengan humor dan kesahajaan …

Geliat dan Gejolak Sastra di Banyumas Read More »

Menghidupkan Kembali Sastra di Kelas yang Mati

Abdul Wachid B.S. (Penyair, Guru Besar Pendidikan Bahasa & Sastra Indonesia, dan Ketua Lembaga Kajian Nusantara Raya (LK Nura) di Purwokerto) Kelas Sastra yang Sunyi dari Rasa Suasana kelas sastra di banyak sekolah kita hari ini sering sunyi dari rasa. Pelajaran sastra sekadar soal jenis gaya bahasa, menentukan tema, dan menyebut tokoh. Puisi diperlakukan seperti …

Menghidupkan Kembali Sastra di Kelas yang Mati Read More »

Kekuatan Bahasa dalam Membatasi Ekspresi Perempuan: Analisis Kata “Lenjeh” dalam Dialek Banyumasan

Bahasa adalah sarana komunikasi yang memiliki daya luar biasa dalam membentuk persepsi sosial, mencerminkan identitas budaya, serta menentukan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. Menurut Wood (2009), nilai-nilai dan pandangan budaya, termasuk mengenai gender, tercermin dan diperkuat melalui bahasa dalam konstruksi sosial. Di Indonesia, bahasa terbagi menjadi berbagai dialek yang mewakili identitas kultural suatu daerah, dengan …

Kekuatan Bahasa dalam Membatasi Ekspresi Perempuan: Analisis Kata “Lenjeh” dalam Dialek Banyumasan Read More »