Lentera Pena di atas Goresan Waktu merupakan kumpulan lebih dari 30 esai reflektif mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam yang mengkaji fenomena sosial, ekonomi, budaya, lingkungan, dan spiritual di Indonesia melalui perspektif ekonomi Islam. Buku ini menghadirkan analisis kritis atas isu-isu kontemporer seperti keuangan syariah, gaya hidup konsumtif, pemberdayaan UMKM, pelestarian budaya lokal, problem sosial generasi muda, hingga tantangan pembangunan dan lingkungan. Dengan mengintegrasikan data, teori, dan nilai-nilai keislaman, para penulis tidak hanya menawarkan analisis, tetapi juga solusi aplikatif. Lentera Pena di atas Goresan Waktu menjadi ruang kebebasan berpikir mahasiswa untuk menerangi realitas masyarakat dengan kesadaran kritis, tanggung jawab moral, dan nilai Islam yang rahmatan lil ‘alamin.
– Secara lengkap :
Di tengah dinamika perubahan zaman yang terus bergerak cepat, buku
“Lentera Pena” hadir sebagai kompilasi pemikiran kritis mahasiswa
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam yang merekam kegelisahan intelektual
mereka terhadap berbagai fenomena sosial, ekonomi, budaya, dan spiritual
yang terjadi di Indonesia. Buku ini memuat lebih dari 30 esai
reflektif-argumentatif yang mengangkat tema-tema kontemporer dari
perspektif ekonomi Islam yang berdialektika dengan realitas kehidupan
masyarakat.
Para penulis muda ini tidak hanya menganalisis fenomena dari satu sudut
pandang, melainkan mengintegrasikan keilmuan ekonomi dengan disiplin lain
seperti pendidikan, budaya, komunikasi, dan nilai-nilai keislaman.
Melalui pendekatan yang kaya akan data, teori, dan refleksi mendalam,
mereka berupaya menerangi berbagai persoalan yang dihadapi masyarakat
Indonesia kontemporer dengan cahaya nalar dan kesadaran kritis.
Buku ini membuka diskusi seputar ekonomi dan keuangan syariah dengan
mengupas problematika bunga yang menciptakan ketidakadilan struktural,
urgensi literasi keuangan syariah bagi masyarakat awam, hingga dampak
psikologis uang halal dan haram terhadap perilaku individu. Fenomena
pinjaman online yang menjerat mahasiswa dalam gaya hidup konsumtif juga
dibahas secara mendalam dengan data yang mencengangkan tentang lonjakan
kredit macet di kalangan muda.
Dalam ranah ekonomi kreatif dan pemberdayaan UMKM, para penulis
menunjukkan bagaimana ekonomi lokal dapat menjadi penggerak kesejahteraan
masyarakat. Dari industri rambut palsu Purbalingga yang menyerap puluhan
ribu tenaga kerja perempuan, strategi bertahan warung rakyat menghadapi
gempuran minimarket, peran pasar minggu Sunmor dalam meningkatkan omzet
pedagang, hingga munculnya profesi konten kreator sebagai alternatif
karier di era digital.
Semua fenomena ini dianalisis dengan perspektif
yang menunjukkan bahwa pemberdayaan ekonomi lokal bukan hanya soal
angka, tetapi juga tentang martabat dan kemandirian manusia.
Pelestarian budaya dan pariwisata lokal mendapat perhatian khusus dalam
buku ini. Tradisi Sedekah Laut Cilacap dibahas dalam konteks dialektika
antara adat dan syariat Islam, menunjukkan bagaimana keduanya dapat hidup
harmonis. Panjang Jimat Cirebon, Obrog-Obrog Beber, Sedekah Bumi
Ajibarang, hingga Pasar Soma Gunungsari diangkat sebagai bukti bahwa
tradisi bukan hanya warisan masa lalu, tetapi juga kekuatan ekonomi yang
dapat menggerakkan UMKM dan memperkuat solidaritas sosial masyarakat.
Seni dan budaya tradisional seperti Wayang Banyumasan, Batik, Seni
Jaranan Purbalingga, Sintren, dan Kuntulan Tegal disoroti dalam konteks
tantangan pelestarian di era digital. Para penulis menunjukkan kegelisahan
terhadap ancaman kepunahan seni tradisional sambil menawarkan strategi
inovatif untuk menjaga keberlangsungannya tanpa kehilangan esensi nilai
yang terkandung di dalamnya.
Kepekaan sosial para penulis juga terpancar dalam pembahasan isu-isu
kontemporer seperti budaya tutup mulut terhadap kekerasan seksual yang
melanggengkan kejahatan, memudarnya penggunaan bahasa Jawa di kalangan
generasi muda, pudarnya empati di tengah arus digitalisasi, dampak media
sosial terhadap kemampuan berbahasa Generasi Z, serta kritik terhadap
gaya hidup konsumtif yang menjerat banyak orang dalam lingkaran utang dan
kepalsuan. Ketidaksesuaian kompetensi lulusan dengan kebutuhan dunia
kerja juga dibahas sebagai refleksi terhadap sistem pendidikan yang perlu
terus dievaluasi.
Isu lingkungan dan pembangunan tidak luput dari perhatian, terutama
terkait dampak tambang nikel di Raja Ampat terhadap masyarakat adat Papua
Barat Daya, serta fenomena “Wisata 1000 Tiket” di Guci yang merugikan
wisatawan dan mencoreng citra pariwisata daerah. Kedua tema ini menunjukkan
bahwa pembangunan ekonomi harus mempertimbangkan aspek sosial, budaya,
dan keberlanjutan lingkungan.
Dimensi spiritualitas dan kehidupan beragama hadir melalui esai-esai
tentang menundukkan hawa nafsu dan melawan bisikan setan menuju ketenangan
hati, makna hadist “Khoirunnas Anfa’uhum Linnas” dalam konteks kehidupan
modern di kota dan desa, serta refleksi filosofis tentang apa yang
sebenarnya dicari manusia dalam hidup apakah uang ataukah pengakuan.
Setiap esai dalam “Lentera Pena” ditulis dengan pendekatan yang
berangkat dari fenomena nyata di masyarakat, diperkuat dengan data, fakta,
dan teori yang relevan, serta mengintegrasikan perspektif ekonomi Islam
dengan disiplin ilmu lainnya. Para penulis tidak hanya berhenti pada
analisis, tetapi juga menawarkan solusi atau rekomendasi yang aplikatif
sambil mengajak pembaca untuk berpikir kritis dan bertanggung jawab moral.
Keunikan buku ini terletak pada manifestasi kebebasan berpikir di mana
mahasiswa diberi ruang penuh untuk mengeksplorasi tema yang mereka minati
tanpa dibatasi sekat disiplin ilmu. Integrasi antara ilmu dan nilai
menjadi benang merah yang mengikat seluruh esai, menunjukkan bagaimana
ekonomi Islam dapat berdialog dengan realitas sosial, budaya, dan
teknologi kontemporer. Kepekaan sosial para penulis terhadap
ketidakadilan, kesenjangan, dan degradasi nilai sangat terasa dalam setiap
tulisan.
Banyak esai yang mengangkat isu-isu lokal dari Purbalingga, Banyumas,
Cilacap, Tegal, dan daerah lainnya namun memiliki implikasi yang lebih
luas secara nasional. Perspektif generasi muda yang melihat dunia dengan
kacamata generasi digital namun tetap berakar pada nilai tradisi dan
agama memberikan warna tersendiri pada buku ini.
“Lentera Pena” bukan sekadar kumpulan tulisan akademik, melainkan
upaya menyalakan cahaya pemikiran di tengah kegelapan ketidakpedulian dan
ketidakkritisan. Buku ini mengajak pembaca untuk tidak hanya mengonsumsi
informasi secara pasif, tetapi untuk berpikir, merenungkan, dan bertindak
berdasarkan kesadaran kritis dan tanggung jawab moral. Melalui berbagai
esai yang reflektif namun argumentatif, para penulis berupaya meninggalkan
jejak pemikiran yang bermakna bagi generasi berikutnya, menerangi jalan
menuju masyarakat yang lebih adil, sejahtera, dan bermartabat dengan
landasan nilai-nilai keislaman yang rahmatan lil alamin.






Reviews
There are no reviews yet.