Sihir Membacakan Buku

Sihir Membacakan Buku

Dr. Heru Kurniawan, M. A.

Peneliti LK Nura di Bidang Sastra Anak

 

Apa yang bisa kita maknai dengan sihir? Sihir bisa jadi merupakan kekuatan ajaib yang mampu membuat seseorang mau melakukan apapun sesuai dengan keinginan orang yang menyihir. Terus, apa jadinya jika orang tua menyihir anaknya melalui aktivitas membacakan buku? Apakah membacakan buku bisa masuk dalam kategori sihir?

 

Mari kita coba bahas satu per satu. Saya mulai dari pengalaman keluarga saya sendiri, dan saya yakin, semua keluarga juga pernah mengalami kejadian yang saya alami.

Suatu hari anak saya, Keila, yang waktu itu berusia lima tahun menangis keras sekali. Keila marah karena diledekin kakak-kakaknya. Keila menangis dan menjerit. Istri saya menghibur, tetapi tidak mempan. Kakak-kakaknya meminta maaf, tetapi juga tidak mempan. Situasi benar-benar tidak terkendali. Keila terus menangis dan menjerit marah.

Istri lalu memeluk Keila, tetapi Keila tetap meronta. Istri mengambil buku dan membacakannya dalam keadaan Keila masih dipelukan ibunya, tetapi Keila masih terus meronta dan menangis. Namun, istri terus membacakan buku dengan keras bersaing dengan suara tangisan Keila. Sampai di jeda waktu yang tidak terduga, Keila mulai melemahkan suara tangisannya. Sampai kemudian terdiam dalam pelukan ibunya yang terus membacakan buku. Keila pun menyimak buku yang dibacakan ibunya, dan akhirnya Keila terlelap tidur.

Saat itu saya berasumsi bahwa Keila diam karena kelelahan, bukan karena buku yang dibacakan ibunya. Namun, esok harinya, Keila minta dibacakan buku lagi dan lagi. Saya menyadari kalau asumsi saya salah.

Apakah peristiwa ini tidak cukup untuk menyebut bahwa membacakan buku pada anak sebagai sihir. Kalau menurut saya: ya, ini sihir. Sihir berupa mantra kata-kata yang bersumber dari teks-cerita dalam buku yang dibacakan. Melalui sihir inilah anak-anak kemudian terdiam dan dengan penuh perhatian menyimak setiap kata dari buku yang dibacakan orang tuanya. Anak-anak menjadi demikian tenang dan damai seperti sedang tersihir oleh mantra kata-kata yang dibacakan orang tua.

 

Inilah sihir.

 

Apakah sihir membacakan buku berhenti sampai di sini saja? Tentu saja tidak. Setelah tersihir oleh kata-kata yang dibacakan dari teks buku, jika orang tua kontinu membacakan buku, maka sihir tahap kedua akan terjadi. Anak kita akan tiba-tiba bisa dan suka membaca buku di usia yang tidak terduga (lebih awal). Anak-anak kita akan memiliki banyak pengetahuan dan keterampilan. Anak-anak kita akan menjadi anak yang cerdas dan berperilaku baik.

 

Kenapa bisa demikian? Coba kita bahas satu per satu.

 

Saat anak dibacakan buku, maka indra pendengarannya akan menyerap semua kosa kata yang diucapkan orang tua dengan baik. Asupan kosa kata anak-anak kita pun kaya, dan setiap seribu kosa kata yang diserap, maka anak akan mendapatkan sembilan kosa kata baru dan bermakna (Trelease, 2020). Kosa kata inilah yang menjadi modal utama anak dalam belajar membaca dan mengembangkan potensi kognitifnya (Montessori, 2020). Tidak sampai di situ saja, saat dibacakan buku anak melihat tulisan (kata) dan gambar dalam buku. Anak pun akan menghubungkan kosa kata yang diperolehnya dengan bentuk tulisannya yang diperkuat dengan arti gambar (Kurniawan & Marwany, 2020). Ini akan membuat anak semakin bisa mengidentifikasi bahasa tulis. Tidak heran jika anak sering dibacakan buku, maka dengan sendirinya anak akan bisa membaca. Dan yang lebih terpenting lagi. Dengan sering dibacakan buku, pengalaman anak dengan membaca buku akan menyenangkan (Mackenzie, 2022). Pengalaman menyenangkan ini akan membuat anak suka dengan membaca.

Dengan bisa dan suka membaca buku, maka sihir yang pasti akan terjadi pada anak-anak kita adalah pasti pintar dan cerdas (Kurniawan & Marwany, 2020). Pintar karena semakin banyak dibacakan dan membaca buku, maka anak-anak kita akan banyak ilmu pengetahuan yang diketahuinya. Dengan banyak ilmu pengetahuan, maka anak akan cerdas karena ilmu pengetahuan itu akan dipraktikan dalam serangkaian kinerja yang bertujuan untuk mengatasi persoalan yang dihadapi anak-anak (Montessori, 2020). Dari sini dipastikan, anak yang kontinu dibacakan buku, maka akan terkena sihir menjadi anak yang pintar dan cerdas.

Sihir terakhirnya adalah anak akan berperilaku baik. Kenapa? Buku yang dibacakan, terutama buku cerita, pasti berisi pengalaman hidup yang diperankan oleh tokoh-tokoh imajinatif. Dari tokoh-tokoh imajinatif ini anak-anak akan belajar tentang cara-cara dalam mengatasi persoalan moral dan nilai (Trelease, 2020). Dari sinilah, anak-anak akan menjadi kaya pengalaman dan pengetahuan hidupnya. Inilah yang kemudian membuat anak akan memiliki simpati, empati, dan berperilaku baik dalam kehidupan sehari-harinya. Mem Fox (2022) menjelaskan bahwa anak-anak yang sering dibacakan buku potensi perilaku tidak baiknya (kriminalitas) saat remaja sangat minim, jika dibandingkan dengan anak yang tidak pernah dibacakan buku. Di bacakan buku mengkondisikan anak menjadi pribadi yang baik.

Sungguh sihir yang menakjubkan bukan? Maka, kita harus segera ambil bagian untuk kegiatan membacakan buku. Jika kita orang tua yang memiliki anak-anak masih kecil, bersegeralah untuk selalu membacakan buku untuk anak-anak kita. Atau, jika kita guru, maka rutinkanlah untuk membacakan buku untuk murid-murid kita. Kita harus berani menyihir mereka untuk menjadi anak yang bisa dan suka baca, pintar, cerdas, dan terampil, serta menjadi anak yang berkarakter baik.

 

Sumber Bacaan:

Jim Trelease. 2020. Read-Aloud Handbook. Bandung: Hikmah.

Kurniawan, Heru & Marwany. 2020. Pendidikan Literasi Anak Usia Dini. Yogyakarta: Arruz Media.

Maria Montessori. 2020. Absorbent Mind: Pikiran yang Mudah Menyerap. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Mem Fox. 2022. Reading Magic. Yogyakarta: Bentang Pustaka.

Sarah Mackenzie. 2022. The Read-Aloud Familiy. Yogyakarta: Bentang Pustaka.

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *