Dalam Buku Yang Dibacakan Ada Rasa Aman Dan Nyaman
Dr. Heru Kurniawan, M. A.
Peneliti LK Nura di Bidang Literasi dan Sastra Anak
Pertanyaan penting yang sering diajukan oleh orang tua adalah mulai kapan orang tua harus membacakan buku kepada anaknya? Kenapa harus sejak itu?
Atas pertanyaan ini, Jim Trelease (2020) memberikan jawaban yang didukung dengan kajian atas hasil riset yang telah dilakukan oleh para pakar: bahwa orang tua wajib membacakan buku pada anak sejak pertama kali orang tua berbicara pada anaknya.
Pertanyaan yang kemudian harus dijawab orang tua adalah: kapan orang tua pertama kali mengajak anaknya berbicara? Saya yakin pasti setiap orang tua punya jawaban yang berbeda. Setiap orang tua punya pengalaman pertama kali berbicara pada anak yang berbeda-beda.
Tapi pertanyaan yang harus kita jawab terlebih dahulu adalah kenapa orang tua harus membacakan buku pada anak sejak pertama kali berbicara pada anak?
Ya, karena substansi membacakan buku pada anak sama dengan berbicara pada anak. Tidak ada bedanya. Membacakan buku sama dengan menyampaikan sesuatu pada anak: melalui suara orang tua. Hanya saya, saat orang tua berbicara pada anak, maka orang tua langsung mengatakan sesuatu pada anak, sedangkan membacakan buku berarti orang tua berbicara dengan perantara buku yang dibacakan. Akan tetapi, substansi keduanya sama, yaitu memberikan asupan kosa kata pada anak.
Dan saya yakin, semua orang tua sudah berbicara pada anaknya saat anak masih bayi, baru lahir atau bahkan saat calon anak (bayi) masih dalam kandungan ibunya. Anak dalam masa bayi ini sebenarnya belum mengerti dengan suara (bahasa) dan maksud perkataan orang tuanya, tetapi orang tua meyakini bahwa berbicara pada anak adalah hal penting sebagai ekspresi kasih sayang orang tua pada anak-anak (sudah saya bahas di bagian sebelumnya). Dalam istilah Jim Trelease (2020) berbicara pada anak saat masih bayi atau dalam kandungan dilakukan dengan tujuan untuk suatu pengkondisian, yaitu mengkondisikan anak-anak untuk terbiasa mendengarkan kata-kata orang tuanya agar nanti dalam proses tumbuh kembangnya akan terbiasa dan memahami kata-katanya.
Jika demikian, maka idealnya anak-anak sejak masih bayi atau masih dalam kandungan, sejak pertama kali diajak bicara, sudah dikondisikan dengan mendengarkan suara orang tuanya yang membacakan buku. Hal ini penting karena kekayaan dan kebermaknaan kosa kata dalam buku yang dibacakan jauh lebih baik daripada percakapan biasa antara orang tua dengan anak (Trelease, 2020). Untuk itu, jika orang tua sudah berbicara pada anak sejak bayi atau bahkan masih dalam kandungan karena bermaksud ingin mengkondisikan anak mengenal bahasa orang tuanya, maka seharusnya orang tua juga membacakan buku pada anak sejak bayi atau bisa jadi saat masih dalam kandungan dengan tujuan untuk mengkondisikan anak dalam mengenali suara membaca orang tuanya.
Dalam riset yang dilakukan Anthony DeCoper dan koleganya (1986) dari University of North Carolina, mengungkapkan bahwa anak-anak yang masih dalam kandungan, yang orang tuanya selalu membacakan buku, maka anak-anak akan mengenali suara orang tuanya dan melalui suara yang sering didengar itu bayi dalam kandungan mendapatkan rasa nyaman dan aman. Bayi dalam kandungan jantungnya akan berdetak lebih kencang saat suara yang membacakan buku (dulu orang tuanya) diganti dengan orang lain. Hal ini terjadi karena bayi sudah bisa mengetahui dan merasakan suara berbeda yang membuatnya tidak nyaman dan aman. Tidak heran jika saat bayi dilahirkan, maka bayi akan langsung bisa mengidentifikasi dan mendapatkan rasa aman dan nyaman atas suara orang tuanya yang sering didengar melalui kebiasaan orang tua yang selalu membacakan buku atau berbicara dengan anaknya yang masih dalam kandungan.
Ini artinya dalam buku yang dbacakan orang tua secara intensif, baik saat bayi dalam kandungan atau sudah dilahirkan, akan mengetahui suara orang tuanya dan dari suara orang tuanya itulah bayi mendapatkan rasa aman dan nyaman. Dalam konteks bayi ini, yang indera pendengarannya bekerja lebih dominan, maka suara orang tuanya adalah tumpuan rasa aman dan nyaman dalam hidupnya. Suara orang tua yang membacakan buku akan memenuhi kebutuhan hidup bayi terhadap rasa nyaman dan aman (Trelease, 2020).
Betapa senang dan bahagianya orang tua jika anaknya yang masih bayi mendapatkan rasa aman dan nyaman atas keberadaan dirinya. Rasa aman dan nyaman ini pun bisa didapatkan bayi dari suara orang tua yang terbiasa membacakan buku. Suara membacakan buku orang tua mampu mengkondisikan anak atau bayi untuk mengerti kasih sayang dan cinta orang. Suara yang sedang mengkondisikan anak (bayi) untuk mengembangkan cakrawala cinta dan pengetahuannya melalui buku yang memberikan rasa aman dan nyaman sejak masih bayi.
Tidak heran. Saat bayi dibacakan buku, maka bayi akan terdiam menyimak penuh saksama. Tertawa lepas. Sampai terlelap tidur. Itu semua karena dalam suara orang tua yang membacakan buku ada rasa aman dan nyaman sebagai ekspresi kasih sayang dari orang tuanya, yang di balik rasa aman dan nyaman itu ada kekuatan ilmu pengetahuan yang akan membawa anak-anak ke dunia pendidikan yang menyenangkan dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya kelak.
Untuk itu, jika kita adalah orang tua yang cinta dan sayang pada anak, maka sudah tugas kita untuk mengekspresikan cinta dan sayang kita dengan selalu membacakan buku pada anak. Tujuannya agar anak merasakan rasa aman dan nyaman atas kasih sayang orang tuanya. Agar anak tumbuh cinta dan kasih sayangnya pada kemanusiaan dan ilmu pengetahuan selaras dengan pertumbuhan dan perkembangannya kelak.
Sumber Bacaan:
Jim Trelease. 2020. Read-Aloud Handbook. Bandung: Hikmah.
Anthony J. DeCoper dan Melanie J. Spencer. 1986. “Prenatal Maternal Influences New Borns Perception on Speech Sounds” dalam Infant Behaviors and Development Volume 9 Nomor 2 Tahun 1986.