KENAPA ORANG TUA HARUS MEMBACAKAN BUKU PADA ANAKNYA?
Dr. Heru Kurniawan, M. A.
Peneliti LK Nura di Bidang Sastra Anak
Ya, salah satu harta terbaik anak adalah orang tua yang selalu membacakan buku. Pertanyaannya adalah kenapa harus membacakan buku?
Tentu saja, kebiasaan membacakan buku untuk anak bukan satu-satunya aktivitas yang penting buat anak-anak. Akan tetapi, tanpa adanya aktivitas membacakan buku, rasanya ada yang hilang dalam kehidupan anak-anak kita. Kenapa bisa demikian?
Saya mulai dari perspektif Islam, di mana ayat pertama yang diturunkan oleh Allah Swt adalah perintah: membaca dengan menyebut nama Tuhan yang telah menciptakan. Membaca menjadi pintu masuk lahirnya keimanan dan ilmu pengetahuan. Tidak heran, harusnya sejak lahir, anak-anak sudah dibiasakan dan diteladankan dengan aktivitas membacakan buku. Tujuannya, agar saat tumbuh dewasa, anak-anak bisa menjadi individu yang suka membaca ayat-ayat Tuhan, termasuk ilmu pengetahuan yang disampaikan dalam sebuah buku. Dari ajaran Islam ini, maka suka membaca substansinya adalah fitrah anak-anak.
Tidak heran jika dalam risetnya, Jim Trelease (2008) mengungkapkan bahwa minat membaca anak itu sudah ada sejak usia dini, bahkan sejak lahir. Saat lima belas anak usia dini di tanya tentang kesukaannya pada membaca, maka lima belas anak itu dengan antusias angkat tangan dan bercerita keinginan dan pengalaman dibacakan buku oleh orang tuanya. Suka membaca itu fitrah yang sudah tertanam dalam diri anak-anak sejak dilahirkan.
Berangkat dari konsep fitrah membaca inilah, seorang teman memberikan penjelasan pada saya: suka membaca itu fitrah yang diberikan Tuhan pada anak-anak. Jadi, sejak lahir anak-anak itu sudah suka dengan buku dan ilmu. Tapi, dalam pengasuhannya, orang tua tidak memenuhi kebutuhan fitrah membacanya. Jadilah anak-anak kita yang tidak suka membaca buku dan ilmu. Ironisnya, anak-anak kita sekarang disalahkan karena tidak suka membaca. Inikan lucu. Harusnya orang tua yang disalahkan, karena tidak pernah membacakan buku pada anak-anaknya.
Jim Trelease (2008) pun menjelaskan bahwa segala hal dalam kehidupan disampaikan melalui kata-kata. Kata-kata itu seperti kayu yang membangun suatu rumah. Tanpa kata-kata, maka rumah atau kehidupan kita akan runtuh. Nah, kita bisa mendapatkan kata-kata itu dari dua panca indera: telinga dan mata. Telinga kita gunakan untuk mendengarkan kata-kata lisan, sedangkan mata kita gunakan untuk membaca kata-kata tulis. Dari sinilah, membacakan buku merupakan aktivitas penting buat anak-anak. Sebabnya, dengan membacakan buku, maka anak akan mendapatkan asupkan kata-kata yang tak berhingga dari pendengaran dan penglihatannya. Asupan kata-kata yang membuat anak kaya dengan ilmu pengetahuan dan kehidupan.
Anak-anak kita adalah individu yang secara potensi sudah sangat suka dengan kata-kata. Kata-kata yang keluar dari alat ucap orang tuanya saat membacakan buku. Itulah kata-kata indah yang kaya dengan imajinasi dan informasi. Montessori (2020) mengatakan bahwa tidak ada suara yang menakjubkan buat anak-anak selain suara yang keluar dari alat ucap orang tuanya, dan suara paling mampu menghibur dan mengkayakan berpikir anak adalah suara saat orang tuanya membacakan buku.
Tidak hanya kata-katanya yang menakjubkan. Akan tetapi, buku yang dibuka setiap halaman dalam iringan suara yang menakjubkan begitu memukau anak-anak. Dalam setiap halaman itu anak-anak akan menjumpai gambar yang menyenangkan dan kata-kata (tulis) yang membuat penasaran. Kombinasi gambar dan tulisan dalam bingkai suara orang tuanya inilah yang membuat anak semakin tereksplorasi potensi fitrahnya yang suka membaca.
Inilah alasan singkat kenapa orang tua harus membacakan buku pada anaknya. Jika sudah tahu hal ini, maka sudah tidak alasan bagi kita sebagai orang tua untuk tidak langsung beraksi: membacakan buku untuk anak-anak kita! Tanpa aktif membacakan buku pada anak, orang tua telah mengabaikan fitrah suka membaca anak-anaknya.
Sumber Bacaan:
Jim Trelease. 2008. Read-Aloud Handbook. Bandung: Hikmah.
Maria Montessori. 2020. Absorbent Mind: Pikiran yang Mudah Menyerap. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Mem Fox. 2022. Reading Magic. Yogyakarta: Bentang Pustaka.
Sarah Mackenzie. 2022. The Read-Aloud Familiy. Yogyakarta: Bentang Pustaka.